RUU Permusikan : Selamat Datang Orde Baru.

Bicara soal Rancangan UU yang dibuat oleh DPR Komisi X, lucu rasanya jika ada sebuah peraturan yang mengatur sebuah karya seni. Bermulai dengan adanya konferensi besar pada 9 Maret 2018 yang bertepatan dengan hari musik nasional di Ambon dengan tersusunnya sebuah 12 poin yang di deklarasikan pada pertemuan itu. Hal ini lah yang menuai polemik saat ini ketika hasil konferensi musik tersebut akan di implementasikan dalam sebuah RUU.

SKH tertarik untuk membahas ini karna ada beberapa kejanggalan-kejanggalan yang terjadi pada dunia musikalitas saat ini, terutama pada RUU Permusikan yang dianggap akan membatasi ekspresi musisi dalam berkarya. Termasuk kami, yang sedang merasa lucu saat ini.

1. Kenapa baru sekarang ?
2. Kenapa susah berekspresi ?
3. Tidak cukupkah UU tentang hak cipta ?
4. Kenapa kau poser ?

Sebelum kita menguraikan semua itu, pertanyaan yang paling akhir memang sengaja kami garis bawahi. Karna itu yang paling menggangu SKH saat ini.

Untuk kalian yang mengerti apa arti dari sebuah ekspresi dan apa itu indie, artinya kita masih dalam satu perjuangan yang sama. Tapi ketika anda yang tidak mengerti persoalan permusikan di Indonesia tiba tiba menjadi seorang yang berpengetahuan luas hanya dengan mengikuti top trending yang dibuat "Dunia IMAJIN", lalu anda ikut dalam gerakan ini.

???

Sebaiknya kalian pikirkan kembali, karna jangan sampai kalian hanya akan nyampah sebuah dukungan dan pemikiran kami melalui gawai anda.

Kami tidak menyalahkan siapa siapa karna semua hal ini masih dalam sebuah RUU. Kami hanya menyalahkan kalian dengan kualitas musik rendah yang dengan berani mengeluarkan sebuah ekspresi sampah, kami hanya menyalahkan kalian yang hanya giat dalam seni dan komersil, kami menyalahkan kalian yang hanya menikmati sebuah kajian musik trending, kami hanya menyalahkan kalian yang tidak pernah tau jati diri, dan kami hanya menyalahkan kalian tak pernah membuat karya yang akan membawa dampak positif bagi perkembangan musikalitas Indonesia, dan jangan lupakan KPI.

Miris, kita yang kecil dengan mendengarkan lagu anak-anak, Iwan Fals, Bitel, dan musik yang 
baik pada jamannya. Ketika kita mendapati generasi penerus yang sibuk dengan hidangan Koreanisme, JAS pakai Z,  dan lagu-lagu lainnya yang hanya diperdengarkan oleh seorang manusia dalam waktu 1 tahun, lalu mendapati lagu yang baru yang juga hanya diperdengarkan dalam waktu 1 tahun.

Menjadi seorang Musisi tidak lah gampang, apalagi yang menjadikannya sebuah profesi utama. Namun di sisi yang lain, Sebuah karya yang mereka ciptakan sama sekali tidak mengindahkan Seni. Padahal jika benar mereka ini seorang Pegiat Seni, apa sih yang mereka butuhkan ? jika anda seorang pegiat seni, hal pertama yang harus kalian utarakan adalah Membuat Karya Seni. Untuk apa ? Apresiasi tentunya. Namun, saban hari yang kami temui hanyalah seorang pegiat seni yang tujuannya hanya memanfaatkan bakat untuk suatu materi yang tak seberapa. Komersial,  karna sifat itu lah musik tak pernah jadi karya seni yang bertahan lama. Mereka tidak tau apa itu "MasterPiece ". Itulah yang kami sebut Musisi sampah. Dan bodohnya, ada yang mendengarkan.

1. Mementingkan popularitas
2. Mementingkan komersil
3. Mementingkan pasar
4. Materi, dan
5. Perkembangan jaman

Kesimpulannya, kalian bukan pegiat seni jika memiliki 1 diantaranya. Bagaimana kalian sempat untuk berekspresi, jika sejak awal pun karya seni telah kalian ciderai. Lihat masyarakat sekarang, lihat saudara perempuan kalian sekarang, hanyut dalam youtube trending, koreanisme yang bertambah sestiap tahunnya


Sebabagai seniman, kita harusnya tau apa yang kita usahakan. Jangan sampai karya yang dibuat pun akan merusak generasi bangsa. Mulai lah dari hal yang paling kecil untuk tidak mementingkan materi yang didapat profesi dalam permusikan. Mulai lah, dengan memperhatikan generasi.

bebas, kami suka kebebasan. namun jika artinya ekspresi dikarya kan, seperti lagu-lagu JAS, bagi kami itu sebuah kebodohan. entahlah, saya sangan sedih jika The Till Man Brohers pun tau karya seni telah cidera.

Entah kita bosan, entah sudah ketinggalan jaman, entah karna sebuah karya sampah.

Entah lah, kami pun sudah terlalu bosan dengan perilaku poser belakangan. Sampai-sampai banyak web yang membahas " berbangga hatilah, karna semua orang pernah menjadi sebuah poser ".

Saat nya kita membeli buku sebuah seni untuk bersikap bodo amat.

-SKH


Comments

Popular posts from this blog

Pekerjaan Paling Mulia Sejagat, Raya Memujinya ?

Intermezzo : Sarekat Kacamata Hitam